Senin, 30 Mei 2011

Contoh Teks Pidato

Berbakti Kepada Orang Tua


Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum wr. wb.

Bapak Drs. Edi Kusnadi yang saya hormati dan teman-teman yang saya sayangi.

Pertama-tama saya sangat bersyukur kepada Allah SWT. karena telah memberikan rahmat-Nya kepada kita, sehingga pada kesempatan yang baik ini kita dapat berkumpul di tempat ini.

Setiap manusia sudah pasti memiliki orang tua. Tidak satupun manusia yang lahir tanpa orang tua. Kita pun menyadari bahwa orang tua berkuah keringat, siang dan malam banting tulang, memeras pikiran, sekuat tenaga memperjuangkan agar anaknya bisa hidup seperti layaknya anak-anak yang lain. Karena itu saat ini ijinkan saya untuk menyampaikan betapa pentingnya berbakti kepada orang tua.

Teman-teman yang saya banggakan.
Allah Yang Maha Bijaksana telah mewajibkan setiap anak untuk berbakti kepada orang tuanya. Bahkan perintah untuk berbuat baik kepada orang tua dalam Al Qur’an digandengkan dengan perintah untuk bertauhid sebagaimana firman Allah yang terjemahannya, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’” (Al Isro’: 23)

Teman-teman yang saya sayangi.
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu amal sholih yang mulia. Nabi mengutamakan bakti mereka atas jihad fi sabilillah, Ibnu Mas’ud berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rosulullah, ‘Amalan apakah yang paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab, ‘mendirikan sholat pada waktunya,’ Aku bertanya kembali, ‘Kemudian apa?’ Jawab Beliau, ‘berbakti kepada orang tua,’ lanjut Beliau. Aku bertanya lagi, ‘Kemudian?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Alloh.’” (HR. Al Bukhori no. 5970). Demikian agungnya kedudukan berbakti pada orang tua, bahkan di atas jihad fi sabililllah, padahal jihad memiliki keutamaan yang sangat besar pula.

Temanku sekalian.
Janganlah sekali-kali kita berbuat durhaka kepada orang tua. Ingatlah begitu dahsyatnya ancaman bagi siapapun yang durhaka kepada orang tua. Wahai saudaraku, Rasulullah menghubungkan kedurhakaan kepada kedua orang tua dengan berbuat syirik kepada Allah. Membuat menangis orang tua juga terhitung sebagai perbuatan durhaka, tangisan mereka berarti terkoyaknya hati, oleh polah tingkah sang anak.

Sekarang kita ketahui bersama apa arti penting dan keutamaan berbakti pada orang tua. Kita ingat kembali, betapa sering kita membuat marah dan menangisnya orang tua? Betapa sering kita tidak melaksanakan perintahnya? Memang tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah, akan tetapi bagaimana sikap kita dalam menolak itupun harus dengan cara yang baik, tidak sembarangan. Bersegeralah kita meminta maaf pada keduanya, ridho Allah tergantung pada ridho kedua orangtua.

Cukup sekian yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf jika ada perkataan yang kurang berkenan.

Terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr. wb.

FONETIK


1. Prinsip Studi Fonetik

Kemampuan mengkomunikasikan sesuatu bergantung pada fungsi alat-alat bicara, dan saling mengenal serta memahami bunyi-bunyi yang digunakan. Apabila kita menganalisis suatu ujaran kita dapat mendekatinya dari beberapa level. Ujaran adalah masalah anatomi dan fisiologi. Ujaran juga merupakan transmisi sebagai gelombang bunyi. Yang paling penting Anda dapat mempelajari ujaran dalam arti bunyi bahasa itu didengar oleh pendengar, yang dapat dianalisis bagaimana proses gelombang bunyi itu dipahami oleh pendengar. Ujaran dipandang sebagai suatu aktivitas manusia yang sistematis dan terorganisir dalam kondisi normal, ujaran itu membawakan makna.

Pandangan terhadap ujaran secara garis besar menjadi dasar bagi studi fonologi: Pandangan terhadap anatomi dan fisiologi dari organ manusia yang menghasilkan ujaran, pandangan terhadap ujaran sebagai gelombang bunyi yang bisa dianalisa dari segi fisiknya, dan pandangan terhadap bagaimana bunyi ujaran itu diterima oleh pendengarnya.

2. Jenis-Jenis Fonetik

Secara umum fonetik dibedakan dalam tiga jenis berdasarkan prinsip-prinsip dasar studi fonetik:

a. Fonetik organis

Fonetik organis adalah fonetik yang mempelajari bagaimana bunyi bahasa dihasilkan oleh alat-alat ucap bicara. Fonetik ini juga mempelajari bagaimana bunyi itu dikelompokkan berdasarkan artikulasinya.


b. Fonetik akustik

Dalam fonetik akustik dipelajari bunyi bahasa menurut aspek fisisnya sebagai getaran suara. Bunyi-bunyi bahsa diselidiki frekuensi getarannya, simpang getarannya, intensitas, dan timbre.

c. Fonetik auditoris

Fonetik auditoris mempelajari cara penerimaan bunyi-bunyi bahasa oleh alat pendengaran.

3. Alat Bicara

Beberapa alat ucap yang perlu dikenal antara lain:
a. Paru-paru
Fungsi pokoknya untuk pernafasan. Bernafas adalah mengalirkan udara ke dalam paru-paru (menarik nafas), dan proses mengeluarkan udara kotor (menghmbuskan nafas.

b. Pangkal Tenggorok
Pangkal tenggorok adalah rongga pada ujung pipa pernafasan.

c. Rongga Kerongkongan
Terletak diantara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung. Dalam pembentukan bunyi bahasa, hanya sebagai tabung udara yang akan ikut bergetar bila pita suara bergetar.

d. Langit-langit Lunak
Pada saat langit-langit lunak serta anak tekaknya naik, menutup rongga hidung, arus udara melalui rongga mulut , maka dihasilkan bunyi bahasa non nasal. Pada saat langit-langit lunak serta anak tekak turun, udara keluar masuk melaui rongga hidung, maka dihasilkan bunyi bahasa nasal.

e. Langit-Langit Keras

Dalam pembentukan bunyi bahasa, langit-langit keras sebagai artikulator pasif.

f. Gusi Dalam
Ini adalah bagian gusi tempat letak akar gigi depan atas bagian belakang, terletak tepat di atas belakang gigi yang melengkung ke dalam menghadap lidah. Gusi dalam sebagai artikulator pasif.

g. Gigi
Berfungsi penuh sebagai artikulator.

h. Bibir
Dalam manghasilkan bunyi bahasa, bibir atas sebagai artikulator pasif dan bibir bawah sebagai articulator aktif.

i. Lidah
Dalam pembentukan bunyi bahasa, lidah sebagai artikulator aktif.

Artikulator aktif adalah artikulator yang dalam proses penghasilan bunyi bahasa degerakkan. Artikulator pasih adalah artikulator yang dalam penghasilan bunyi bahasa tidak digerakkan, namun disentuh oleh artikulator aktif. Titik temu artikulator aktif dan pasif disebut striktur.

4. Cara Kerja Artikulator

Aber Combie D. (1997, 32) mengelompokkan tiga subsistem cara kerja artikulator, yaitu:

a. Subsistem Abdominal
Artikulator yang termasuk subsistem ini adalah paru-paru, otot perut, dan diafragma, yang seluruhnya ada dalam rongga perut.

b. Subsistem Fonatoris
Artikulator yang termasuk subsistem ini adalah batang tenggorok, pangkal tenggorok, pita suara, dan rongga kerongkongan, yang dseluruhnya ada dalam rongga dada dan leher.

c. Subsistem Artikulatoris
Artikulator yang termasuk subsistem ini adalah sebagai artikulator aktir, dan daerah sepanjang atap mulut dari gigi sampai dengan anak tekak sebagai artikulator pasif.

5. Cara Terjadinya Bunyi Bahasa

Tiga sarana pengelompokan bunyi bahasa, yaitu: arus udara, titik artikulasi (hambatan), dan bergetar/tidak bergetarnya pita suara.
Beberapa titik artikulasi yang menjadi hambatan atau nama lain bunyi bahasa antara lain:
a. Bibir bawah dan bibir atas (bilafium) menghasilkan bunyi bilafial.
b. Bibir bawah dan gigi atas (lafeum dentum) menghasilkan bunyi lafio dental.
c. Ujung lidah dan gigi atas (aspek dentumum) menghasilkan bunyi apikodental.
d. Ujung lidah dan gusi atas (apekalveolus) menghasilkan bunyi apikoalveolar.
e. Ujung lidah dan langit-langit keras (aspek palatum) menghasilkan bunyi apiko palatal.
f. Daun lidah dan gusi dalam (Lamino alveolus) menghasilkan bunyi laino alveolar.
g. Daun lidah dan langit-langit keras (Lamino palatal) menghasilkan bunyi lanino palatal.
h. Tengah lidah dan langit-langit keras (medioo palatal) menghasilkan bunyi medio palatal.
i. Punggung lidah dan langit-langit lembut (darto velum) menghasilkan bunyi darso velar.
j. Anak tekak (uvula) menghasilkan bunyi uvular.
k. Laring (tenggorokan) menghasilkan bunyi laririfal.
l. Glotum (celah pita suara) menghasilkan bunyi glottal.

6. Klasifikasi Bunyi Bahasa

Bunyi bahasa diklasifikasikan berdasarkan beberapa cara:
a. Klasifikasi bunyi bahasa berdasarkan ada tidaknya hambatan
b. Klasifikasi bunyi bahasa berdasarkan ada tidaknya arus udara ke rongga hidung
c. Klasifikasi bunyi bahasa berdasarkan ada tidaknya ketegangan arus udara
d. Klasifikasi bunyi bahasa berdasarkan lamanya bunyi bahasa itu diartikulasikan
e. Klasifikasi bunyi bahasa berdasarkan kedudukan bunyi pada suku kata
f. Klasifikasi bunyi bahasa berdasarkan derajat kenyaringan
g. Klasifikasi bunyi bahasa berdasarkan arus udara
7. Koartikulasi

Koartikulasi atau arikulasi sekunder adalah saling pengaruh antara satu bunyi dengan bunyi yang lain dapat ditinjau dari tempat artikulasi yang mempengaruhi. Menurut tempat artikulasinya, ada beberapa gejala koartikulasi, yaitu labelisasi, retrofleksi, palatalisasi, velarisasi, glotalisasi, dan nasalisasi.

8. Silaba

Silaba/silabe adalah satuan ritmis terkecil dalam arus ujaran. Dalam arus ujaran terdengarlah yang paling nyaring dan tidak nyaring. Puncak kenyaringan itu adalah puncak silaba.
a. Struktur silaba
Tinjauan struktur silaba sebuah bahasa melalui beberapa aspek, yaitu secara fonetik, fonemik, dan morfologik.
Dari aspek fonetik, silaba ditentukan oleh tingkat sonoritas dan bafas suku.
Dari aspek fonemik. Silaba perlu ditambahkan ketentuan distribusi bunyi.

b. Kluster
Beberapa kontoid yang berfungsi sebagai onset (awal silaba), maupun mengakhiri silaba (sebagai koda) disenut kluster.

c. Diftong
Diftory adalah gugus vokoid atau gugus rangkap yang berfungsi sebagai puncak, artinya dua vokoid ini terdapat dalamsatu silaba.

9. Ciri-Ciri Prosodi

Dalam pelaksanaan ujaran, terdapat dua elemen, yaitu elemen yang dapat disegmenkan (disebut elemen segmental; Misalnya rangkaian kontoid dan vokoid) dan elemen yang menyertai elemen yang dapat disegmenkan (supra segmental). Beberapa ciri-ciri prosodi, antara lain:

a. Panjang atau kuantitas

Panjang pendek lamanya bunyi diucapkan suatu bunyi segmental, yang waktu diucapkannya oleh alat-alat ucap dipertahankan cukup lama, pastilah disertai bunyi supra segmental dengan ciri prosodi yang panjang.

b. Nada (pitch)
Nada menyangkut tinggi rendahnya sutau bunyi. Salah satu variasi dari titinada adalah intonasi. Dalam pelaksanaan ujaran kita temui beberapa macam nada;
• Nada naik: nada yang meninggi, ditandai dengan [….] [….]
• Nada datar, ditandai dengan [---]
• Nada turun: nada yang merendah, ditandai dengan [..\...]
• Nada turun naik: nada yang merendah kemudian meninggi, ditandai dengan[..\./..]
• Nada naik turun; nada yang meninggi kemudian merendah, ditandai dengan [../.\..]
Intonasi nada dibedakan menjadi empat:
1. Nada rendah ditandai dengan angka 1
2. Nada sedang ditandai dengan angka 2
3. Nada tinggi ditandai dengan angka 3
4. Nada sangat tinggi ditandai dengan angka 4

c. Tekanan
Verhaar membedakan atas aksen tekan dan aksen nada. Aksen tekan berkaitan dengan amplitude, sedangkan aksen nada berkaitan dengan frekuensi getarannya.

d. Jeda
Jeda menyangkut pemberhentian dakam bahasa. Suatu bunyi segmental dalam suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana, pastilah disertai dengan bunyi supra segmental perhentian di sana-sini. Bunyi suprasegmental di sana-sini itu disebut jeda.
Menurut tempatnya, jeda dibedakan atas:
1. Jeda antar suku kata dalam kata yang ditandai dengan [+]
2. Jeda antar kata dalam frase yang ditandai dengan [/]
3. Jeda antar frase dalam klausa ditandai dengan [//]
4. Jeda antar kalimat yang ditandai dengan [#]

10. Transkripsi Fonetis


Transkripsi adalah penulisan tuturan atau pengubahan teks dengan tujuan untuk menyarankan lafal bunyi, fonem, morfem, atau tulisan sesuai dengan ejaan yang berlaku dalam suatu bahasa yang menjadi sasarannya.
Terdapat empat jenis transkripsi, yaitu:
a. Transkripsi fonetis, yaitu penulisan pengubahan menurut bunyi, ditandai dengan […..]
b. Transkripsi fonemis, yaitu penulisan pengubahan menurut fonem, ditandai dengan /…../
c. Transkripsi morfemis, yaitu penulisan pengubahan menurut morfem, ditandai dengan {….}
d. Transkripsi ortografis, yaitu penulisan pengubahan menurut huruf dan ejaan bahasa menjadi tujuannya.

11. Asimilasi

Saling pengaruh antara satu bunyi dengan bunyi yang lain, dapat ditinjau dari akibat yang ditimbulkannya. Akibat dari pengaruh-mempengaruhi bunyi disebut asimilasi. Dalam hal ini Verhaar (1981) membedakan atas asimilasi fonetis dan asimilasi fonemis. Asimilasi fonetis yaitu pengaruh-mempengaruhi bunyi tanpa mengubah identitas fonem. Asimilasi fonemis yaitu pengaruh-mempengaruhi bunyi yang mengubah fonem. Menurut arahnya, asimilasi dibedakan atas:

a. Asimilasi Progresif
Terjadi bila arah pengaruh bunyi itu ke depan. Dalam bahasa Jaaw misalnya bunyi [t] diucapkan sebagai bunyi apikodental akan tetapi kata [stasiun] karena pengaruh bunyi [s], maka bunyi [t] yang semula apikodental menjadi lamino alveolar.

b. Asimilasi Regresif
Terjadi bila arah pengaruh bunyi itu ke belakang. Dalam bahasa Jawa misalnya bunyi [n] diucapkan sebagai bunyi apiko alveolar akan tetapi kata [pendiam], nasal [n] sebelum [d] itu, diucapkan secara apiko-palatal.

FONOLOGI

FONEMISASI BAHASA HAVU

(Analisis Fonem)

Dosen Pengantar: Prof. Dr. H. Achmad HP.


1. DATA BAHASA HAVU

1) [wa’pa] “jorok”
2) [tu’ka] “ahli”
3) [’pәmi] “pada”
4) [he’tapa] “seribu”
5) [’dәlu] “perut”
6) [wa’ba] “palu”
7) [a’na] “anak”
8) [he’dapa] “di depan”
9) [tu’ga] “paha”
10) [a’ma] “ayah”
11) [gu’hi] “kendi”
12) [pu’pu] “murus”
13) [’tәlu] “tiga”
14) [ku’hi] “kunci”
15) [bu’bu] “rempah-rempah”
16) [’pәni] “di dalam”
17) [ja’la] “di dalam”
18) [є’tu] “ikan(kecil)”
19) [wu’e] “buah”
20) [ja’ra] “kuda”
21) [’rә] “daun”
22) [wo’e] “buaya”
23) [na’ka] “nakal”
24) [’ŋaka] “makan”
25) [ka’ra] “kandang”
26) [’naka] “tajam”
27) [’pәne] “di sana”
28) [mә’ŋi] “keuntungan”
29) [kә’rә] “burung”
30) [e’tu] “cacing”
31) [’rә] “mereka”
32) [i’hi] “isi”
33) [mә’ni] “minyak”
34) [’pәne] “menuduh”


2. ANALISIS

(2.1)Pasangan Minimal

1. 1) [wa’pa] “jorok”
6) [wa’ba] “palu”

2. 2) [tu’ka] “ahli”
9) [tu’ga] “paha”

3. 3) [’pәmi] “pada”
16) [’pәni] “di dalam”

4. 4) [he’tapa] “seribu”
8) [he’dapa] “di depan”

5. 5) [’dәlu] “perut”
13) [’tәlu] “tiga”

6. 7) [a’na] “anak”
10) [a’ma] “ayah”

7. 11) [gu’hi] “kendi”
14) [ku’hi] “kunci”

8. 17) [ja’la] “di dalam”
20) [ja’ra] “kuda”

9. 18) [є’tu] “ikan(kecil)”
30) [e’tu] “cacing”

10. 19) [wu’e] “buah”
22) [wo’e] “buaya”

11. 24) [’ŋaka] “makan”
26) [’naka] “tajam”

12. 27) [’pәne] “di sana”
34) [’pәne] “menuduh”

13. 28) [mә’ŋi] “keuntungan”
33) [mә’ni] “minyak”


(2.2) Residu


12) [pu’pu] “murus”

15) [bu’bu] “rempah-rempah”

21) [’rә] “daun”

23) [na’ka] “nakal”

25) [ka’ra] “kandang”

29) [kә’rә] “burung”

31) [’rә] “mereka”

32) [i’hi] “isi”

(2.3) Penentuan Fonem

1) Pasangan pertama /p/ dan /b/ adalah fonem karena membedakan makna
2) Pasangan kedua /k/ dan /g/ adalah fonem karena membedakan makna
3) Pasangan ketiga /m/ dan /n/ adalah fonem karena membedakan makna
4) Pasangan keempat /t/ dan /d/ adalah fonem karena membedakan makna
5) Pasangan kelima /d/ dan /t/ adalah fonem karena membedakan makna
6) Pasangan keenam /n/ dan /m/ adalah fonem karena membedakan makna
7) Pasangan ketujuh /g/ dan /k/ adalah fonem karena membedakan makna
8) Pasangan kedelapan /l/ dan /r/ adalah fonem karena membedakan makna
9) Pasangan kesembilan / є / dan /e/ adalah fonem karena membedakan makna
10) Pasangan kesepuluh /u/ dan /o/ adalah fonem karena membedakan makna
11) Pasangan kesebelas /ŋ/ dan /n/ adalah fonem karena membedakan makna
12) Pasangan kedua belas /n/ dan /n / adalah fonem karena membedakan makna
13) Pasangan ketiga belas /ŋ/ dan /n/ adalah fonem karena membedakan makna

3. INVENTARISASI FONEM
(3.1) Data Fonem
p,b,k,g,m,n,t,d,d,t,n,m,g,k,l,r, є,e,u,o, ŋ,n,n, ŋ, ŋ,n
jumlah : 36 fonem
(3.1.1) Deretan Fonem
p,b,k,g,m,n,t,d,l,r, є,e,u,o,ŋ,n
Jumlah : 16 deret fonem
(3.1.2) Konsonan
p,b,k,g,m,n,t,d,l,r, є, ŋ,n
jumlah : 13
(3.1.3) Vokal
e,u,o
jumlah : 3

HAKIKAT MENYIMAK

Mendengar, mendengarkan, dan menyimak adalah tiga istlah berbeda. Mendengar adalah menerima bunyi tanpa disengaja, tiba-tiba dan tidak dipahami maknyanya. Dalam mendengarkan sudah ada faktor kesengajaan, ada perhatian, tetapi belum ada pemahaman. Sedangkan menyimak berarti kegiatan mendengar dan memahami pesan berupa bunyi yang diterima telinga.
Pada kegiatan mendengar tidak ada unsur kesengajaan apalagi tujuan/rencana, pada kegiatan mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan dan tujuan/rencana, tetapi belum ada unsur pemahaman/perhatian, sedangkan pada kegiatan menyimak ada unsur kesengajaan, tujuan/rencana, dan juga pemahaman.
Menyimak didefinisikan oleh Tarigan (1987:28) sebagai suatu proses, yaitu mendengarkan lambing-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menagkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Menyimak adalah suatu proses yang bersifat reseptif (mau)-aktif. Menyimak merupakan proses yang komplek yang membutuhkan konsentrasi penuh, kemampuan linguistik, cara menyimak yang efektif, serta kesiapan mental dan fisik yang sempurna.
Proses menyimak meliputi tahap mendengarkan, tahap memahami, tahap menilai, dan tahap merespon. Keempat tahap tersebut tidak bisa ditukar urutannya.
Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan keterampilan menyimak yang selau digunakan dalam kegiatan komunikasi. Tanpa keterampilan ini, komunikasi tidak akan berlangsung dengan baik.
Selain berperan dalam komunikasi sehari-hari, menyimak juga sangat diperlukan di dalam pembelajaran. Seorang pelajar yang memiliki daya simak yang rendah akan mendapat kesulitan dalam menangkap pelajaran yang dijelaskan oleh guru dan juga akan mengalami kesulitan dalam diskusi yang dilakukan di kelas.

BENTUK DAN MAKNA NOMINALISASI DENGAN KE- DAN PE-

A. Nominalisasi dengan ke-

Nomina yang diturunkan dengan penambahan prefiks ke- tidak banyak dalam bahasa Indonesia. Fungsi awalan ke- ialah membentuk kata benda/nominal. Awalan ke- dalam bahasa Indonesia tidak produktif lagi, artinya tidak ada lagi kata-kata baru yang dibentuk dengan awalan itu kecuali kata-kata yang telah ada, yaitu: ketua, kehendak, kekasih, dan kerangka.

ketua : ‘pemimpin’
kehendak: ‘berhubungan dengan keinginan atau kemauan terhadap sesuatu’
kekasih : ‘orang yang dikasihi atau disayangi’
kerangka: ‘sesuatu yang belum sempurna terjadinya’

Afiks ke- hanya mempunyai dua makna, ialah:

1. Menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah tersebut pada bentuk dasar.

Misalnya:

kedua (orang) : ‘kumpulan yang terdiri dari dua orang’
ketiga (orang) : ‘kumpulan yang terdiri dari tiga orang’
keempat (pasang) : ‘kumpulan yang terdiri dari empat pasang’

2. Menyatakan urutan. Misalnya:

(pegawai) kedua
(bagian) ketiga
(rumah) kedelapan
(meja) keempat


B. Nominalisasi dengan pe-

Awalan pe- mempunyai alomorf: pem-, pen-, peng-, peny-, sesuai dengan bunyi antara pada kata bentukan dengan awalan me- atau ber-. Afiks ¬pe- kadang-kadang sulit dibedakan dengan afiks peN- karena pada suatu kondisi afiks peN- mungkin kehilangan N–nya, ialah apabila diikuti bentuk dasar yang berfonem awal / l, r, y, w, dan nasal/, misalnya pada kata-kata pelerai, pelukis, peramal, perokok, pewaris. Dalam hal ini dapat dipakai suatu petunjuk bahwa afiks peN- pada umumnya bertalian dengan kata kerja berafiks meN-, sedangkan afiks pe- bertalian dengan kata kerja berafiks ber-:

penulis : bertalian dengan menulis
pembaca : bertalian dengan membaca
penggali : bertalian dengan menggali
pembawa : bertalian dengan membawa
pelerai : bertalian dengan melerai
pelukis : bertalian dengan melukis
peramal : bertalian dengan meramal
pewaris : bertalian dengan mewaris
peninju : bertalian dengan meninju

pejalan kaki : bertalian dengan berjalan kaki
petani : bertalian dengan bertani
pegulat : bertalian dengan bergulat
pekerja : bertalian dengan bekerja
pejuang : bertalian dengan berjuang
pedagang : bertalian dengan berdagang
petinju : bertalian dengan bertinju

Dengan uraian di atas jelaslah bahwa pada kata-kata pelerai, pelukis, peramal, perokok, dan pewaris terdapat afiks peN- karena kata-kata itu bertalian dengan kata kerja berafiks meN-, sedangkan pada kata-kata pejalan kaki, petani, pegulat, dan seterusnya terdapat afiks pe- karena kata-kata itu bertalian dengan kata kerja bentuk ber-.

Afiks pe- hanya mempunyai satu fungsi, yaitu sebagai pembentuk kata nominal, dan pada umumnya menyatakan makna ‘yang biasa/pekerjaannya/ gemar melakukan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar’, dan ‘orang yang (pekerjaannya) di…. Misalnya:

pejalan kaki : ‘orang yang (pekerjaannya) berjalan kaki’
petani : ‘orang yang (pekerjaannya) bertani’
pegulat : ‘orang yang (pekerjaannya) bergulat’
pedagang : ‘orang yang (pekerjaannya) berdagang’
penatar : ‘orang yang (pekerjaannya) menatar’
peninju : ‘orang yang (pekerjaannya) meninju’
penyuruh : ‘orang yang (pekerjaannya) menyuruh’
petinju : ‘orang yang (pekerjaannya) bertinju’
pesuruh : ‘orang yang (pekerjaannya) disuruh’
petatar : ‘orang yang (pekerjaannya) ditatar’
petugas : ‘orang yang (pekerjaannya) ditugaskan’

Mengapa peninju dan petinju memiliki makna yang berbeda? Bentuk dasar tinju dapat kita bentuk menjadi kata kerja meninju dan bertinju; orang yang meninju ialah peninju, sedangkan orang yang biasa bertinju ialah petinju.

Demikian pula bila kita ambil bentuk dasar jabat. Bentuk dasar ini dapat kita bentuk menjadi kata kerja menjabat dan berjabat. Dari kata kerja menjabat lahir bentuk kata benda penjabat yang berarti ‘orang yang menjabat’, sedangkan dari kata kerja berjabat lahir bentuk kata benda pejabat yang artinya ‘orang yang mempunyai jabatan atau pangkat.

Jadi, orang yang memangku jabatan secara tetap disebut pejabat, sedangkan orang yang hanya menjabat jabatan itu untuk sementara disebut penjabat. Contohnya, Sebelum terbentuk Kabinet Pembangunan III, Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja adalah penjabat Menteri Luar Negeri. Kita juga dapat mengatakan bahwa beliau adalah pjabat sementara Menteri Luar Negeri. Mengapa bukan penjabat sementara? Karena penjabat sudah menagndung makna ‘sementara’.


DAFTAR PUSTAKA


Alwi, Hasan dan Soenjono Dardjowidjojo. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Badudu, J.S. 1981. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.

Badudu, J.S. 1994. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar. Jakarta: PT Gramedia.

Ramlan, M. 2001. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.

REDAKSI ACARA PERNIKAHAN ADAT

1. Praacara

Hadirin, Undangan yang kami hormati.
Suatu kebahagiaan bagi kita bersama karena pada hari ini Bapak dan Ibu dapat menghadiri malam resepsi nan agung yang digelar untuk ananda Agung Nugroho, S. H. dan Kim Young Ae, Haeksa.

Hadirin, Undangan yang berbahagia.

Sebagai ungkapan rasa bahagia, kami mengundang Bapak dan Ibu berkenan mengisi tepian karpet merah nan anggun demi menyambut kehadiran kedua mempelai duduk bersanding. Sayub terdengar alunan tembang nan merdu mengiringi langkah kedua mempelai, berjalan perlahan namun pasti diantarkan keempat orang tua tercinta dan keluarga terkasih. (kedua mempelai duduk bersanding di pelaminan)

Pepatah Jawa mengatakan, “Witing Tresno Jalaran Soko Kulino”, seperti ini jualah perjalanan cinta kasih kedua mempelai. Keduanya dipertemukan seizin Allah SWT, saling menjaga dan membimbing hati mereka sehingga bersatu meski jarak sempat memisahkan. Ananda Agung Nugroho, S. H., putra kedua Bapak Darmadi dan Ibu Umi dari kota “Batik” Solo kini telah resmi menjadi suami dari Kim Young Ae, Haeksa, putri kedua pasangan Tuan Kim Soo Jung dan Nyonya Park Ju Ae yang berasal dari negeri seberang, Korea Selatan.

Seusai akad nikah mereka berjanji, “Ku curahkan seluruh cinta kasih hanya untukmu sampai akhir masa nanti”, sungguh indah dan tulusnya cinta yang telah mereka rangkai.
Pakaian yang digunakan kedua mempelai pada malam ini merupakan rancangan keduanya sejak memadu kasih yang dilambangkan oleh warna pilihan mereka.
(Kami persilahkan kepada rekan-rekan dokumentasi untuk mengabadikan kedua mempelai selama beberapa saat.)

Hadirin, Bapak/Ibu yang kami hormati.

Sejenak kita layangkan pandangan ke singgasana pelaminan yang begitu indah, mewah dan megah. Ini merupakan bentuk kreasi cinta kasih mereka berdua.
(Apabila pengambilan foto telah selesai, maka kepada kedua orang tua mempelai berkenan bersanding bersama di pelaminan.)

2. Pembukaan

Assalamualaikum Wr. Wb.
Serangkai kata awal sebagai pendahuluan salam kepada hadirin sebagai ganti jabat tangan.

Untaian kata mengungkap cita
Elok nian mempelai di sana
Bersanding menikmati belai cinta
Bak raja ratu sehari di singgasana
Bukan kami cerdik ungkapan
Hanya salam kata kami persembahkan


Yang kami hormati Bapak/Ibu undangan yang berbahagia,
Berucap syukur Alhamdulillah, kiranya sangat patut kita berterima kasih kepada Allah SWT. Karena atas rahmat dan karunia-Nya kita senantiasa diberikan nikmat, ridho, dan barakahnya. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, serta sekalian umatnya. Terutama kepada Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu yang telah meluangkan waktu dan tenaga, serta mengayunkan langkah untuk mempererat tali silahturahmi.
Atas nama keluarga besar kedua mempelai kami haturkan selamat malam, selamat datang dan terima kasih kepada para undangan yang berkenan hadir malam ini.

Hadirin yang kami hormati,

Kebahagian tak berarti tanpa ikatan suci. Ikatan suci tak berarti tanpa silahturahmi. Doa dan restu merupakan harapan dan spirit cinta kedua mempelai yang akan terukir di lembar hidup mereka. Marilah kita taburi lembaran cinta kasih kedua mempelai dengan curahan doa dan restu para hadirin. Semoga kedua mempelai sejahtera lahir dan batin selamanya, dunia hingga akhirat, dijauhi dari sekelumit aral melintang dan mampu menjadi keluarga bahagia, sakinah, mawaddah, dan warrahmah.

Bapak/Ibu undangan yang berbahagia,
Karpet merah nan megah telah dibentangkan, keluarga besar kedua mempelai yang mengenakan seragam merah maroon telah berjaga di sisi kedua mempelai yang juga akan dilalui Bapak/Ibu di acara resepsi pernikahan ananda Agung Nugroho, S. H. dan Kim Young Ae, Haeksa.

3. Sambutan Perwakilan Keluarga


Hadirin yang kami hormati,
Sebagaimana layaknya adat kita, maka atas nama keluarga besar kedua mempelai kiranya berkenan mewakili memberikan sambutan sebagai amanat keluarga untuk kedua mempelai, yakni Bapak Drs. Soemardjono, kami persilahkan….

4. Tausiyah

Hadirin, undangan yang kami hormati,
Seiring doa semoga mempelai berdua berbahagia bersama keluarga selamanya di atas ridho Allah SWT, marilah sejenak kita jelang acara berikutnya, yakni sekapur sirih santapan rohani tentang suka dan duka membentuk mahligai bersama bak sebuah bahtera baru dan mengarunginya bersama. Selamat mengikuti ceramah agama, dan Bapak Kyai H. Ali Imron yang terhormat kami persilahkan….

5. Pembacaan Doa

Hadirin, undangan yang berbahagia,

Terima kasih untuk Bapak Kyai H. Ali Imron yang telah menyampaikan wejangannya, semoga nasihat dan petuah Bapak Kyai dapat dihayati, dan diamalkan tidak hanya oleh mempelai berdua saja, namun juga dapat diamalkan oleh para hadirin. Selanjutnya, agar mendapat syafaat dan berkah dari Allah SWT, marilah kita berdoa bersama-sama sekaligus mendoakan semoga pengantin berdua benar-benar hidup sejahtera lahir dan batin selamanya di dunia hingga akhirat, beserta sejawat, keluarga, dan kedua orang tua masing-masing. Untuk itu kami persilahkan Bapak Kyai H. Ali Imron, kiranya berkenan memimpin doa. Bapak Kyai H. Ali Imron kami persilahkan….

6. Hiburan/Ramah Tamah

Bapak/Ibu undangan yang berbahagia,

Sungguh indah bunga kamboja
Berjajar rapi di tepi halaman
Siaplah sudah santapan di meja
Sudilah tuan menyantap hidangan


Kami mengundang Bapak/Ibu untuk memberi ucapan selamat dan doa restu melewati bentangan karpet merah yang selanjutnya menuju santap malam yang telah disediakan, persembahan Wairin Cathering.

7. Hiburan dan Foto Bersama

Hadirin undangan yang kami hormati.
Menemani Bapak/Ibu menikmati hidangan yang tersedia malam ini, kami persembahkan sebuah lagu merdu yang akan dilantunkan oleh biduanita nan cantik, anggun, mempesona inilah “Syahrini”. Selamat menyaksikan……………….

Hadirin yang berbahagia,
Kami mengundang Bapak/Ibu untuk berfoto bersama dengan kedua mempelai, kami silahkan bersiap-siap di samping kanan pelaminan.
Menemani Bapak/Ibu berfoto bersama, kembali kami persembahkan beberapa buah lagu berirama pop diiringi oleh Erwin Gutawa Orcestra.

8. Penutup

Bapak/Ibu yang kami hormati,
Puji Syukur Alhamdulillah, dengan usainya rangkaian acara, maka usai pula resepsi pernikahan indah nan mulia malam ini. Sekali lagi, kami atas nama keluarga besar kedua mempelai mengucapkan terima kasih kepada seluruh hadirin pada malam ini. Akhir kata…

Elok nian merpati dara
Terbang indah di atas awan
Andaikata salah bicara
Hanya maaf kami mohonkan


Wassalamualaikum Wr. Wb.